Jumat, 09 Maret 2012

Turnamen Futsal UIN


7 maret 2012
Turnamen futsal antar fakultas Ekonomi se-DIY digelar di UIN Sunan Kalijaga. Hari ini adalah hari pertama turnamen dan disebut juga sebagai babak penyisihan. Kami, dari tim hamfara mengirimkan dua tim yaitu tim A dan tim B. Tim A kebanyakan terdiri dari mahasiswa baru angkatan 2011 dan tim B adalah tim yang terdiri dari angkatan 2008 termasuk saya dan tambahan dari angkatan lain.

Pada babak penyisihan ini tim B bertanding terlebih dahulu melawan tim dari kampus UIN pada pukul  16.30. Sayangnya mereka kandas dengan skor 4-1. Hal ini wajar menurut pelatih kami, Fani, karena tim A ini kebanyakan pemainnya amatiran dan baru pertama kali mengikuti turnamen, jadi tak usah risau karena ini sebuah proses untuk lebih berkembang dan menanamkan mental pada para pemain baru.

Sementara itu tim B mampu menaklukkan tim dari YKPN pada babak penyisihan dengan skor 2-1, dan cukup membahagiakan karena gol penentu kemenangan dicetak oleh saya sendiri. Pertandingan dilaksanakan pada pukul 19.30 sekitar tiga jam setelah tim A bertanding. Pertandingan tersebut berjalan seru dan kedua tim saling menyerang dengan strategi masing-masing. Kami beruntung karena memang kekompakan kami yang sudah terbina dan cukup berpengalaman dapat mengentaskan perlawanan mereka sehingga gawang tim kami aman dari kebobolan setelah mencetak gol kedua yang menjadi penentu kemenangan kami. Kami bersyukur atas hari itu dan besok akan berlanjut lagi untuk pertandingan berikutnya melawan tim dari KUI (UIN).

8 Maret 2012
Hari itu waktu menunjukkan pukul 13.00 dan kami semua siap menuju ke lapangan (Gedung Futsal UIN). Dengan sedikit gemercik air hujan, perjalanan kami dinikmati dengan penuh keyakinan dan optimisme. Tanamkan dalam hati “menang” maka kamu tidak akan pernah kalah. Ya saya ingat kata-kata mutiara tersebut namun lupa siapa yang mempopulerkannya. Dalam perjalanan itu, saya bertekad dalam hati bahwa kita harus menang, bagaimana pun caranya. Dengan keyakinan itu dan terus menerus menjaga kata “menang” di dalam hati, saya berharap ketika di lapangan, jalan untuk menuju kemenangan akan terealisasi, dari hati menuju otak, dan diaktualisasikan oleh seluruh anggota tubuh. Hasinya menakjubkan, pertandingan yang kami jalani (pukul 14.30, walaupun di jadwal seharusnya bermain pukul 14.00) tidak hanya menang saja tetapi kemenangan telak. Kami dapat mengubur impian KUI Mandiri untuk maju ke babak seanjutnya dengan skor telak 5-0. Suatu keadaan yang tidak pernah diabayangkan sebelumnya tetapi sungguh nyata hasil dari kerja otak dan perpsepsi positif.

Kemenangan itu sangat menggembirakan semua anggota tim, sungguh luar biasa, tim kami mampu mengalahkan tim lawan dengan skor telak. Tapi kita semua sadar, kita tidak boleh terlalu larut dalam kegembiraan, karena pertandingan berikutnya akan lebih sulit lagi, kami akan menghadapi tim dari kampus UGM.


Ada beberapa jam untuk beristirahat sebelum bertanding kembali. Saya memanfaatkan waktu tersebut untuk menunaikan sholat ashar. Bersama teman yang lain saya pergi keluar dan langsung menuju ke mushola terdekat. Disanalah saya bersimpuh kepada Illahi Rabbi dan memanjatkan segenap doa. Tiba-tiba terbesit sebuah pikiran dalam otak saya, bahwa sangat melelahkan  juga pertandingan yang baru saja dilaksanakan, dan akan kembali bertanding setelah ini. Dari pikiran itu, ada semacam hal negatif dalam diri saya, hal negatif tersebut adalah ketidakyakinan dan rasa pesimistis yang membuat semangat berjuang saya luntur dan memudar. Pada saat itu saya hanya berdoa kepada Allah, semoga diberikan yang terbaik.

Rasa pesimistis ini saya rasakan karena perasaan lelah setelah melalui beberapa pertandingan yang memang sangat melelahkan. Bermain full time dan tidak pernah diganti menjadi kendala dan penyebab kelelahan saya. Terlebih lagi, kaki saya sedikit memar karena benturan dengan pemain lawan pada babak penyisihan (7 Maret). Kaki saya yang sakit terus saja dipaksakan bermain dan memang tidak terasa jika sudah di lapangan, namun ternyata saya berpikir tentang suatu hal yang lebih penting. Kaki saya juga harus dijaga dan tidak boleh kenapa-kenapa. Kenapa-kenapa disini dalam artian untuk kedepannya bisa main bola lagi dan tidak ada masalah yang serius pada kaki saya.

Hasilnya, dari rasa pesimis saya, permainan tidak semaksimal pertandingan-pertandingan sebelumnya. Akhirnya tim kami tunduk di tangan tim UGM dengan skor 0-2. Beberapa dari teman kami memang kecewa dengan hasil tersebut dan ada juga yang tidak terima, tetapi kejadian ini memang sudah terjadi, dan mungkin ini yang terbaik, terbaik untuk saya, teman-teman dan juga tim. Saya bersyukur pada Allah atas apa yang terjadi hari ini, dan selanjutnya untuk hasil yang lebih maksimal saya harus terus meningkatkan kemampuan saya dan latihan lebih giat lagi. Akhirnya kami semua pulang dengan kegagalan, namun hal itu sungguh akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan.