Kamis, 27 Oktober 2011

Kedamaian dalam Kesendirian


Terkadang sendirian juga mendatangkan kedamaian dan ketentraman. Kita di dunia ini hidup bersama orang-orang di sekitar kita, dan saling membutuhkan satu sama lain. Namun hakikatnya hidup kita ini sendirian. Kita berjalan melangkah dan berbuat hanyalah untuk diri kita sendiri. Allah menilai siapakah amal hambaNya yang paling banyak saat hidup di dunia ini untuk ditempatkan di sisiNya di akhirat kelak. Setiap manusia pasti ingin menjadi yang terbaik, begitu juga di hadapanNya. Semua orang berlomba-lomba untuk menjadi hamba yang taat dan mengumpulkan amal baik sebanyak-banyaknya. Harapan semua orang itu tidak lain hanyalah ingin mendapatkan ridho Allah SWT. dan menjadi yang terbaik dari sekian banyak umat manusia yang hidup di dunia ini. Dengan demikian hidup di dunia ini hakikatnya adalah untuk diri sendiri.


Dalam kesendirian kita dapat merenung, dan dalam kesendirian pula kita dapat berpikir jernih. Memikirkan hal yang paling penting dalam hidup, yaitu perjalanan hidup kita menuju Sang Pencipta. Perjalanan hidup kita tidak hanya di dunia ini, namun juga setelah kita menetap di dunia. Perjalanan yang sangat panjang menuju tuhan semesta alam yang telah menciptakan makhlukNya. Setelah kita mati, kita akan dihadapkan dengan kehidupan-kehidupan selanjutnya yang terangkum dalam kehidupan akhirat. Tidak bisa dibayangkan, bahwa kehidupan akhirat itu mempunyai segala kelebihan dari dunia yang sekarang ini. Tidak terbatas ruang dan waktu karena kehidupan akhirat berbeda sama sekali dengan kehidupan dunia.

Manusia memang mempunyai sifat dasar yaitu individualis dan ingin mendapatkan lebih dari apa yang orang lain peroleh. Apalagi masalah yang berkaiatan dengan kehidupan abadi, yaitu akhirat. Orang tentu akan mendambakan kebahagiaan, tapi kebahagiaan itu adalah kebahagiaan abadi bukan sesaat seperti di dunia ini. Maka manusia tidak semata hidup berdampingan dengan sesamanya tetapi juga berlomba dan berusaha untuk menjadi yang terbaik di mata tuhan. Dalam kebersamaan dan saling membutuhkan itu manusia ada yang pintar dan cerdik dalam memanfaatkan setiap kesempatan, ada pula yang tidak sadar dan tidak mengerti apa yang dimaksud kesempatan dan perlombaan yang dimaksud. Itulah perbadaan orang yang berakal dan beriman dan orang yang tidak.

Dengan demikian, hendaknya manusia selalu berbuat baik terhadap sesamanya dan selalu mengingat tuhannya agar selamat di dunia dan akhirat. Kita tidak tahu kapan kita akan mati, dan kita pun tidak pernah tahu dalam keadaan seperti apa kita dimatikan. Berdo’a dan selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik di mata Allah SWT. dengan menjalankan Syariat dan menegakkan agamaNya. Hendaklah manusia selalu mengingat akan kematiannya karen dengan begitu ia akan selalu waspada dalam hidupnya. Merasakan bagaimanakah rasanya ketika malaikat maut mencabut nyawanya. Membayangkan jika di alam kuburnya ia sendirian dalam dinginnya tanah, pekatnya tanpa terang cahayaNya, dan ketakutan-ketakutan karena malaikat yang menanyakan tentang semasa hidupnya. Ia akan senantiasa dzikir dan meminta ampunanNya, senantiasa meningkatkan iman dan taqwanya.

Subhanallah, bayi yang baru saja lahir, tanpa ada seorangpun yang tahu, bisa saja dimatikan dan dipanggil oleh tuhan. Orang yang baru saja menjalankan aktifitasnya kemudian beristirahat sebentar untuk melepas lelah, tetai tiada disangka ia beristirahat untuk selamanya. Masih banyak lagi kejadian-kejadian yang serupa yang bisa kita jadikan pelajaran hidup agar kita selalu waspada dan ingat kepadaNya. Kematian merupakan hal yang tidak bisa dihindari oleh setiap manusia sebagai makhluk yang hidup. Apabila waktunya telah datang, tidak ada seorangpun yang mampu menunda ataupun memanjukannya. Inilah Kekuasaan dan Kebesaran Allah SWT. yang tidak dapat ditandingi oleh siapapun. Hanya kepadaNyalah kita kembali.