Minggu, 06 November 2011

Idul Adha di Jogja

10 Dzulhijjah 1432 H.
Hari ini adalah hari besar bagi umat Islam di seluruh penjuru dunia. Semua umat Islam merayakan Idul Adha, tak terkecuali dengan saya. Namun, hari raya Idul Adha kali ini terasa berbeda karena tidak dapat merayakannya di kampung halaman. Rasa rindu kepada keluarga pun semakin terasa. Sedih, senang, bahagia, kangen, semuanya campur aduk menjadi satu dalam moment Idul Adha ini. Rasa ingin bertemu dengan keluarga di kampung halaman tidak bisa dipenuhi. Padahal, sudah beberapa waktu lalu saya merencanakan untuk pulang ke kampung halaman dan berlebaran di sana. Sementara kegiatan di kampus tidak terlalu sibuk karena mata kuliah yang diambil semuanya sudah beres tinggal mengerjakan tugas akhir saya yaitu menyusun skripsi.
Mengapa lebaran kali ini tidak pulang kampung? ada beberapa alasan; yang pertama memang cuaca yang tidak menentu, terkadang hujan turun sepanjang hari dan terkadang juga tidak sama sekali. Selain itu, lebaran kali ini bertepatan dengan hari libur yaitu hari minggu, jadi kemungkinan besar orang-orang juga tidak banyak yang mudik. Dan yang terakhir adalah karena amanat orang tua juga, adik saya sama-sama tinggal di jogja, dia sedang kuliah dan pada hari senin tanggal 11 Dzulhijjah-nya dia akan menghadapi uts. Jadi, saya disuruh untuk tinggal di jogja pada lebaran kali ini menemani adik saya yang juga tidak pulang.

Petulangan kami berlebaran di jogja dimulai hari sabtu sore. Sekitar pukul 14.30 Saya dan Adik saya yang bernama Luthfi berangkat ke rumah kakak sepupu yang tinggal di Perumahan Griya Indah Purwomartani. Memang orang tua menyuruh kami untuk berkunjung ke sana sekalian silaturahmi dalam moment Idul Adha. Sesampai disana kami langsung beres-beres, membersihkan diri, dan bersantai sejenak.

Selepas sholat Isya, kami (saya, Luthfi dan kakak sepupu) takbiran di masjid perumahan dengan ditemani beberapa warga lain yang hadir. Ternyata ada suatu kebiasaan warga perumahan pada malam takbiran khususnya pada hari raya Idul Adha (karena Idul Fitri warga perumahan biasanya mudik), yaitu takbir keliling yang dilakukan anak-anak TPA, remaja, dan para pengurusnya. Mereka semua bertakbir sambil mengelilingi komplek perumahan dimulai dari masjid dan selesai di masjid juga. Suasana terasa bahagia, senang, dan gembira apalagi melihat semangat anak-anak TPA yang selalu bertingkah tidak ada lelahnya. Mereka bertakbir sambil diselingi dengan bermain, bercanda, dan kesana-kemari. Namanya juga anak-anak. Masjid tersebut begitu ramai.

Pagi hari bertepatan dengan 10 Dzulhijjah, cuaca mendung bercampur gerimis turun tak henti-hentinya. Semakin lama hujan semakin deras. Kami semua belum berangkat ke lapangan karena memang masih pagi. Setelah beberapa lama kemudian kami pun berangkat namun bukan ke lapangan tempat semula direncanakan untuk Shalat Ied. Kami akan melaksanakan Sholat Ied di masjid perumahan. Persiapan kami pun seadanya dan sangat sederhana. Namun semoga itu tidak mengurangi nilai ibadah kita kepada-Nya.

Penyembelihan hewan kurban dilakukan setelah melaksanakan sholat Ied yaitu sekitar pukul 09.00 WIB. Hewan kurban di perumahan ini lebih banyak sapi daripada kambing. Itu karena warga sini kebanyakan urunan/patungan untuk berkurban dan mereka memilih untuk berkurban sapi. Saya tidak lama-lama melihat penyembelihan hewan kurban karena saya memang tidak suka baunya. Bau darah hewan kurban itu membuat saya pusing dan enegh' (tidak enak). Saya dan adik saya pun pulang kembali ke rumah sementara kakak sepupu saya masih di tempat penyembelihan.

Waktu sudah menunjukkan pukul 13.30 WIB, saya dan adik saya harus segera kembali ke kost karena besoj hari senin adik saya akan UTS. Namun, cuaca tidak sepenuhnya mendukung, walaupun gerimis namun tidak berhenti semenjak dari beberapa jam yang lalu. Kami pun menunggu hingga rintik hujan tidak bergitu deras. Akhirnya sekitar pukul 14.00 gerimis tidak terlalu besar, kami pun kembali ke kost dan menjalani kegiatan seperti biasanya dengan semangat penuh setelah dicharge dengan semangat berkurban.

^^