Jumat, 28 Oktober 2011

Selasa [12/07/11] 2nd Day

13.00-14.00
Kami mencoba melakukan pendekatan dengan Pak Dukuh. Kami mengajak beliau berdiskusi di ruang tengah rumahnya setelah makan siang. Kami memulai dengan penuh hati-hati karena takut menyinggung bahkan menyakiti hati Pak Dukuh. Walau bagaimana pun kami tahu ini akan sakit. Tetapi di satu sisi kami tidak punya pilihan lain karena kami ke sini mempunyai tujuan yaitu menjalankan kegiatan KKN. Kegiatan KKN tidak akan berjalan dengan lancar apabila terhambat oleh masalah non teknis seperti di rumah Pak Dukuh ini, yakni tegangan listrik yang tidak memenuhi. Menghidupkan laptop saja tidak bisa karena Daya listrik langsung mati. Kami tidak bisa bertahan lebih lama lagi di sini, kami ingin pindah!

Beberapa menit kami berbicara dengan Pak Dukuh muncul tanda-tanda kekecewaan bahkan kekesalan dari Pak Dukuh. Semburat mukanya sudah menandakan tidak bersahabat lagi seakan seperti ular yang siap memangsa tikus-tikus sawah. Akhirnya Pak Dukuh tidak terima dengan usulan kami yang ingin pindah tempat tinggal karena alasan tertentu bahwa tidak mudah pindah begitu saja sedangkan pandangan masyarakat mungkin akan berbeda-beda, bisa saja negatif karena suatu masalah yang terdapat di rumah Pak Dukuh. Namun, kami selalu berusaha meyakinkan beliau bahwa kepindahan kami bukan karena apa-apa, bukan karena masalah apa-apa melainkan demi kebaikan kelangsungan kegiatan KKN kami yakni ingin mendapatkan fasilitas termasuk listrik yang lebih memadai lagi.
Pak Dukuh pergi dari hadapan kami begitu saja tanpa perasaan yang baik, dan ada kata-kata yang keluar dari sang istri, itu pun tak mengenakkan bagi kami namun kami tak perlu mengungkapkannya disini. Kami semua sangat bingung dan agak kesal juga dengan sikap dan watak Pak Dukuh. Mengapa sangat susah hanya untuk kepindahan tempat tinggal saja, ataukah memang adat yang berbeda antara daerah ini dengan yang lainnya. Entahlah.

15.00-18.00
Tidak ada kegiatan yang berarti yang kami lakukan setelah kejadian itu. Hanya merenung dan menyesali sikap Pak Dukuh. Penuh tanda tanya dalam diri kami semua tentang yang telah terjadi. Khayalan kami sampai pada waktu ketika pengambilan undian di kampus, yakni pengundian dukuh. Benar saja, kekhawatiran kami pada waktu itu menjadi kenyataan. Mimpi buruk bagi kami. Tapi apalah daya, yang sudah berlalu tetap saja akan berlalu dan biarlah berlalu tetapi tetap harus dijadikan pelajaran karena masa lalu akan sangat berharga.