Jumat, 28 Oktober 2011

Menularkan Kebahagiaan

Suatu ketika seorang kakek berjalan sendirian dengan keadaan hati yang tak karuan, terlihat dari raut mukanya yang suram, dan tidak ada sedikitpun celah untuk tersenyum. Si kakek yang bermuram durja itu terus berjalan entah tujuannya ke mana. Sampai pada suatu tempat kakek itu berhenti sejenak dan tampak memerhatikan sesuatu. Rupanya ia melihat seorang anak kecil yang sedang bermain di depan halaman rumah. Kakek itu terus memerhatikannya dan tidak mau beranjak pergi. Beberapa saat kemudian kakek itu mulai tersenyum melihat anak kecil tadi. Anak itu tampak lucu, dan membuat si kakek ikut bermain dengannya. Kakek yang tadinya bermuka suram sekarang menjadi tersenyum ketika bertemu dengan seorang anak kecil.
Setelah itu, kakek mulai berjalan kembali dengan muka yang cerah berseri-seri, tidak lagi memasang muka yang suram. Di tengah perjalanan, kakek tersebut bertemu dengan seorang penjual roti. kakek melihat muka si penjual itu penuh dengan kegalauan dan sangat suram. Dengan keadaan si kakek yang sedang senang, ia akhirnya membeli sepotong roti dari penjual tesebut. ia ingin menularkan kebahagiaannya kepada penjual roti itu. karena si kakek sedang bahagia, dan juga senang, kakek membelinya dengan harga lebih. Seharusnya dapat uang kembali, tapi ia malah meberikannya kepada si penjual roti. Tentunya penjual roti merasa senang, dan ia tidak bermuram durja lagi. Ia merasa bahagia, padahal awalnya ia tidak merasa se-bahagia itu. Si penjual roti pun pergi dengan kebahagiaan di hatinya.

Penjual aroti berjualan dengan hati yang bahagia, terlihat seperti tidak ada beban sama sekali. Setelah beberapa saat ia berjalan, penjual roti itu melihat seekor anjing yang sedang murung. Si penjual roti itu mendekati anjing tersebut. Penjual roti pun berpikir, ada apa gerangan sang anjing terlihat murung. Dalam hatinya, "waah, anjing ini pasti sedang lapar."
Karena ia sedang bahagia, ia mebelikan anjing tersebut makanan, dan benar saja, setelah diberi makan oleh si penjual roti, anjing tersebut tidak lagi murung, nampak terlihat lebih ceria. Ternyata si penjual roti tersebut berhasil menularkan kebahagiaannya kepada sang anjing. Hari semakin larut, penjual roti pun pulang ke rumahnya dengan membawa perasaaan bahagia.
Hari sudah semakin malam. Sang anjing yang tadi siang bertemu dengan penjual roti terlihat berjalan-jalan di suatu tempat karena ia merasa bahagia dan ingin menikmati kesejukan di malam hari.
Tiba di suatu tempat, anjing tersebut melihat ada kebakaran di salah satu rumah warga. Karena sudah larut malam, tidak ada yang melihat kebakaran itu, kecuali sang anjing. Sang anjing pun menggonggong dengan sekeras-kerasnya agar warga segera terbangun dari tidurnya. Akhirnya warga pun terbangun dan bekerja keras untuk memadamkan api. Dari peristiwa kebakaran itu, ada seorang anak kecil yang diselamatkan dari rumah tersebut. Hebatnya lagi, anak tersebut di masa yang akan datang adalah seseorang yang akan menjadi pemimpin hebat, tidak seperti pemimpin negara kita saat ini.
Dari cerita tersebut, dapat kita ambil pelajaran dan hikmahnya. Terkadang kita menyepelekan hal-hal yang kecil, padahal hal kecil itu bisa saja mempengaruhi bahkan bisa saja menjadi penyebab akan terjadinya peristiwa besar di masa yang akan datang. Jadi, janganlah menganggap suatu hal kecil itu tidak penting. Sekalipun itu adalah bukan urusan kita. Namun, jika itu sudah menjadi besar dan harus melibatkan semua orang yang menanggungnya, kita akan menyesal dan kecewa pada diri kita sendiri. Hati-hatilah dalam berucap, dan selalu waspada dalam berbuat.