05.00-06.00
Setelah
sholat shubuh kita mengawali hari dengan baca koran (langganan), santai
sejenak, dan bersih-bersih masjid. Menyapu halaman pun tak lupa kami kerjakan.
Musim kemarau yang kering menyebabkan debu-debu mudah ditiup angin sehingga
membuat tidak nyaman bagi pernafasan. Untuk itu kami (Saya dan Rizal) menyiram
terlebih dahulu halaman masjid dan sekitarnya, kemudian menyapu
sampah-sampahnya. Selain itu menyiram tanaman juga kami lakukan, kasihan sekali
tanaman di sekitar masjid kurang mendapatkan air di musim kemarau ini.
Setelah
bersih-bersih selesai kami lakukan, kembali bersantai sejenak di kamar tempat
tinggal kami (tepatnya sebuah ruangan yang dulunya sebagai mushola sebelum
dibangun masjid yang kami maksud tadi). Ketika berleha-leha di dalam ruangan
sambil bincang-bincang dan juga diiringi alunan musik dari laptopnya Wahyu,
kami mendengar ada pengumuman dari masjid yang intinya mengajak warga
(bapak-bapak dan pemuda) untuk kerja bakti di makam. Kami langsung respon dan
bersiap-siap untuk ikut bersama warga melakukan kegiatan tersebut.
08.00-10.30
Sekitar
pukul 08.00 kami langsung menuju ke makam tempat kegiatan tersebut dilakukan,
dan rupanya bapak-bapak dan para pemuda sudah menunggu di sana. Kami menyapa
satu persatu orang yang hadir di tempat itu dan seraya menanyakan maksud
kegiatan tersebut. Ternyata mereka hendak membuat atau lebih tepatnya
memperbaiki lantai di dekat makam supaya dapat digunakan untuk acara semacam
kumpulan dan tempat tersebut bisa digunakan untuk duduk-duduk santai.
Tempat yang
kami maksud tersebut adalah serambi atau lantai yang ada atapnya, kalo dalam
bahasa Sunda disebut ‘saung’ atau gubuk. Tempat tersebut diperbaiki karena akan
digunakan oleh masyarakat Gunturgeni untuk acara tirakatan/rowahan.
Kami selesai
melakukan kegiatan tersebut sekitar jam 10.30, kemudian kami bersih-bersih, ada
yang langsung mandi terus makan, ada pula yang makan dulu baru kemudian mandi.
Sekitar jam 11.00 kami sudah berada di base camp dan bersiap untuk melaksanakan
sholat jum’at. Yang bertugas menjadi mu’adzin adalah Agenk sementara Khotib dan
Imamnya dari warga Dukuh Gunturgeni.
Setelah
melakukan sholat jum’at kami semua langsung menuju base camp dan merebahkan
badan, sejenak melepas lelah setelah kerja bakti di makam tadi pagi. Pada saat
itu ada beberapa orang dari kami yang meminta izin kepada semuanya tidak dapat
mengikuti kegiatan dari jam 13.00 sampai jam 15.00 yaitu Agenk dan Yuusuf;
bahkan ada yang sampai malam yaitu Rizal dan Wahyu. Sementara Yayan sudah tidak
di base camp sejak dari kemarin malam, dia ada keperluan akan mengantarkan
saudarinya ke bandara karena akan pulang
ke Manado.
Kegiatan
yang berlangsung dari jam 13.00 sampai jam 15.00 ialah: Akhwat mengajarkan
anak-anak TPA bernyanyi karena TPA kami akan ikut serta dalam kegiatan
perlombaan, baik itu di Dukuh ataupun nanti pada acara FAS (Festival Anak
Sholeh) yang dilaksanakan oleh KKN STEI Hamfara. Sementara itu, Saya dan Haidar
pergi ke Masjid dukuh Singgelo untuk melakukan pertemuan dengan para wakil dari
dukuh lain. Pertemuan ini bisa dikatakan sebagai pertemuan mingguan yang
membahas mengenai laporan mingguan dari tiap dukuh dan masukan-masukan bagi
kegiatan KKN.
Hari semakin
petang, waktu menunjukkan jam 15.08, saatnya shiolat ashar dan setelah itu
langsung mengajar TPA. Sementara kami (Saya, Haidar, Agenk, dan Yuusuf) masih
berada di tempat pertemuan dengan para
wakil kelompok dari dukuh lain. Kami langsung pulang ke base camp dengan
terburu-buru karena adzan sudah berkumandang. Haidar yang bertindak sebagai
Mu’adzin dan Imamnya adalah Agenk.
16.00-18.00
Mengajar
anak-anak TPA. Kegiatan ini rutin dilakukan setiap hari setelah sholat Ashar.
Anak-anak sore ini sangat luar biasa, heboh, dan tetap ribut. Itulah suka dan
dukanya jadi pengajar TPA, di satu sisi kita dapat hiburan dengan tingkah lucu
dan lugunya anak-anak, sementara di satu sisi lain terkadang menyusahkan dan
bahkan merepotkan diri kita jika anak-anak sudah minta yang macam-macam. Satu
pengalaman berharga bagi kami dalam hal mengajar ngaji anak-anak TPA terutama
bagi kami yang sebelumnya belum pernah sama sekali mengajar seperti halnya hari
ini.
18.00-19.00
Kegiatan
pada saat ini setelah usai sholat maghrib adalah berdiam diri di kamar base
camp sambil mendengarkan murrotal dari laptopnya Rizal yang saat ini sedang ada
di hadapan Haidar. Haidar masih dengan wajah serius di depan laptop, barangkali
sedang mengerjakan suatu hal penting, atau bahkan sedang facebook-an sambil
diiringi murrotal. Saya lebih yakin pada facebook-an sih, soalnya modem sudah
nancep aja di laptopnya Rizal.
Sementara
itu di lain tempat, yakni di masjid, Wahyu dan Agenk tadarus Al-Qur'an dengan
speaker masjid yang mungkin saja sampai ke rumah Pak Dukuh, atau bahkan ke seluruh
pedukuhan Guntugeni. Tidak lama kemudian Agenk berhenti dan digantikan oleh
Rizal yang sekarang menemani Wahyu tadarus.
Agenk masuk
ke base camp dan menghampiri Haidar, mereka terlihat berbincang sejenak
kemudian Haidar langsung menghentikan kegiatan fb-an, dan sekarang sedang
menempel kertas-kertas bekas yang tidak terpakai untuk menutup jendela yang
masih terbuka karena tidak ada gorden atau penghalangnya.
19.00-19.15
Sholat Isya
berjamaah, seperti biasanya di Masjid Ar-Rohmat bersama teman-teman KKN,
anak-anak TPA dan warga sekitar.
19.15-20.49
Mengikuti
kegiatan tahlilan di rumah orang yang baru saja meninggal hari kamis kemarin.
Kami (Agenk, Haidar, Rizal, Wahyu dan Saya) langsung menuju ke rumah duka
setelah beres-beres di base camp. Setiba di sana kami langsung menyalami warga
dan keluarga, kemudian duduk berdekatan dengan Pak Dukuh.
Dalam acara
tersebut, Saya dan Agenk sebenarnya merasakan kantuk yang luar biasa. Kamalami
sudah tidak tahan dan ingin segera selesai lalu pulang ke base camp. Setelah
acara selesai, tahlilan dan sedikit cemilan kami pun langsung pamit kepada
keluarga dan warga yang hadir. Keadaan menjadi berubah ketika sudah berjalan
menuju pulang, ternyata rasa kantuk itu hilang dan kami pun menjadi segar
kembali. Kami pulang tidak menuju ke base camp tetapi ke rumah Pak Dukuh
terlebih dahulu karena Yayan telah menjanjikan akan membelikan kami Terang
Bulan. Sesampainya di rumah Pak Dukuh, kami pun berbincang-bincang sambil ada
yang makan malam. Kalau saya sendiri tidak makan karena sudah kenyang pada saat
di tahlilan dan makan sore. Yayan pun tiba, bukan terang bulan yang dibawa
melainkan kue bolu isi mesis dan yang satunya cokelat. Luar biasa malam itu,
kami pun makan-makan kue pemberian Yayan.
21.10-21.50
Di
tengah-tengah perbincangan, kami sepakat untuk berbicara kepada Pak Dukuh
mengenai kepindahan kami yang kemaren-kemaren sempat menuai emosi dan masalah.
Kali ini kami sudah bertekad bulat ingin menyelesaikannya tanpa meninggalkan
masalah lagi. Pak Dukuh pun hadir di tengah-tengah kami, dan perbincangan pun
dimulai. Setelah sekian lama Agenk berbasa-basi di hadapan Pak Dukuh, Agenk
langsung mengutarakan maksud kami yang sesungguhnya. Diluar dugaan kami semua,
Pak Dukuh akan sangat marah ataupun tidak setuju dengan keinginan kami.
Ternyata tanpa ada perdebatan, Pak Dukuh langsung meng-iyakan maksud dan
keinginan kami untuk pindah tempat tinggal.
Diskusi
tersebut berlangsung agak lama. Banyak kata-kata maaf keluar dari kedua belah
pihak, kata-kata pemanis agar kejadian yang dahulu tidak terulang lagi, dan
juga demi kebaikan semua pihak agar di masa yang akan datang dapat menjadi
lebih baik lagi.
22.00-22.30
Kami pun
beres-beres kamar dan memindahkan barang-barang dari rumah Pak Dukuh ke base
camp. Waktu malam hari merupakan waktu yang tepat untuk acara semacam ini,
pindah tempat dengan barang-barang yang menumpuk ditambah gelap malam yang sepi
yang mendukung kepindahan kami semua. Oh, malam hari ini kami benar-benar
merasakan keberkahan yang luar biasa. Kami mendapatkan izin dari Pak Dukuh
untuk pindah ke base camp, kami dapat bersilaturahmi dengan beliau, memperbaiki
hubungan diantara kami, dan kami pun merasa lega karena tidak terjadi konflik
seperti kejadian sebelumnya.
22.30-22.57
Setelah kami
sampai di base camp, kami beres-beres dan memposisikan tempat tidur
masing-masing. Tempat ini membutuhkan penataan yang baik karena maklum saja
ruangan yang kami gunakan sebagai base camp adalah tempat pertemuan bagi
masyarakat Guntugeni. Akhirnya, kami bisa tidur dengan tenang dan lega. Luar
biasa.