Sabtu, 29 Oktober 2011

Jum’at140711 Hari ke 5 KKN


05.00-06.00
Setelah sholat shubuh kita mengawali hari dengan baca koran (langganan), santai sejenak, dan bersih-bersih masjid. Menyapu halaman pun tak lupa kami kerjakan. Musim kemarau yang kering menyebabkan debu-debu mudah ditiup angin sehingga membuat tidak nyaman bagi pernafasan. Untuk itu kami (Saya dan Rizal) menyiram terlebih dahulu halaman masjid dan sekitarnya, kemudian menyapu sampah-sampahnya. Selain itu menyiram tanaman juga kami lakukan, kasihan sekali tanaman di sekitar masjid kurang mendapatkan air di musim kemarau ini.
Setelah bersih-bersih selesai kami lakukan, kembali bersantai sejenak di kamar tempat tinggal kami (tepatnya sebuah ruangan yang dulunya sebagai mushola sebelum dibangun masjid yang kami maksud tadi). Ketika berleha-leha di dalam ruangan sambil bincang-bincang dan juga diiringi alunan musik dari laptopnya Wahyu, kami mendengar ada pengumuman dari masjid yang intinya mengajak warga (bapak-bapak dan pemuda) untuk kerja bakti di makam. Kami langsung respon dan bersiap-siap untuk ikut bersama warga melakukan kegiatan tersebut.


08.00-10.30
Sekitar pukul 08.00 kami langsung menuju ke makam tempat kegiatan tersebut dilakukan, dan rupanya bapak-bapak dan para pemuda sudah menunggu di sana. Kami menyapa satu persatu orang yang hadir di tempat itu dan seraya menanyakan maksud kegiatan tersebut. Ternyata mereka hendak membuat atau lebih tepatnya memperbaiki lantai di dekat makam supaya dapat digunakan untuk acara semacam kumpulan dan tempat tersebut bisa digunakan untuk duduk-duduk santai.
Tempat yang kami maksud tersebut adalah serambi atau lantai yang ada atapnya, kalo dalam bahasa Sunda disebut ‘saung’ atau gubuk. Tempat tersebut diperbaiki karena akan digunakan oleh masyarakat Gunturgeni untuk acara tirakatan/rowahan.
Kami selesai melakukan kegiatan tersebut sekitar jam 10.30, kemudian kami bersih-bersih, ada yang langsung mandi terus makan, ada pula yang makan dulu baru kemudian mandi. Sekitar jam 11.00 kami sudah berada di base camp dan bersiap untuk melaksanakan sholat jum’at. Yang bertugas menjadi mu’adzin adalah Agenk sementara Khotib dan Imamnya dari warga Dukuh Gunturgeni.
Setelah melakukan sholat jum’at kami semua langsung menuju base camp dan merebahkan badan, sejenak melepas lelah setelah kerja bakti di makam tadi pagi. Pada saat itu ada beberapa orang dari kami yang meminta izin kepada semuanya tidak dapat mengikuti kegiatan dari jam 13.00 sampai jam 15.00 yaitu Agenk dan Yuusuf; bahkan ada yang sampai malam yaitu Rizal dan Wahyu. Sementara Yayan sudah tidak di base camp sejak dari kemarin malam, dia ada keperluan akan mengantarkan saudarinya  ke bandara karena akan pulang ke Manado.
Kegiatan yang berlangsung dari jam 13.00 sampai jam 15.00 ialah: Akhwat mengajarkan anak-anak TPA bernyanyi karena TPA kami akan ikut serta dalam kegiatan perlombaan, baik itu di Dukuh ataupun nanti pada acara FAS (Festival Anak Sholeh) yang dilaksanakan oleh KKN STEI Hamfara. Sementara itu, Saya dan Haidar pergi ke Masjid dukuh Singgelo untuk melakukan pertemuan dengan para wakil dari dukuh lain. Pertemuan ini bisa dikatakan sebagai pertemuan mingguan yang membahas mengenai laporan mingguan dari tiap dukuh dan masukan-masukan bagi kegiatan KKN.
Hari semakin petang, waktu menunjukkan jam 15.08, saatnya shiolat ashar dan setelah itu langsung mengajar TPA. Sementara kami (Saya, Haidar, Agenk, dan Yuusuf) masih berada di tempat pertemuan dengan  para wakil kelompok dari dukuh lain. Kami langsung pulang ke base camp dengan terburu-buru karena adzan sudah berkumandang. Haidar yang bertindak sebagai Mu’adzin dan Imamnya adalah Agenk.

16.00-18.00
Mengajar anak-anak TPA. Kegiatan ini rutin dilakukan setiap hari setelah sholat Ashar. Anak-anak sore ini sangat luar biasa, heboh, dan tetap ribut. Itulah suka dan dukanya jadi pengajar TPA, di satu sisi kita dapat hiburan dengan tingkah lucu dan lugunya anak-anak, sementara di satu sisi lain terkadang menyusahkan dan bahkan merepotkan diri kita jika anak-anak sudah minta yang macam-macam. Satu pengalaman berharga bagi kami dalam hal mengajar ngaji anak-anak TPA terutama bagi kami yang sebelumnya belum pernah sama sekali mengajar seperti halnya hari ini.

18.00-19.00
Kegiatan pada saat ini setelah usai sholat maghrib adalah berdiam diri di kamar base camp sambil mendengarkan murrotal dari laptopnya Rizal yang saat ini sedang ada di hadapan Haidar. Haidar masih dengan wajah serius di depan laptop, barangkali sedang mengerjakan suatu hal penting, atau bahkan sedang facebook-an sambil diiringi murrotal. Saya lebih yakin pada facebook-an sih, soalnya modem sudah nancep aja di laptopnya Rizal.
Sementara itu di lain tempat, yakni di masjid, Wahyu dan Agenk tadarus Al-Qur'an dengan speaker masjid yang mungkin saja sampai ke rumah Pak Dukuh, atau bahkan ke seluruh pedukuhan Guntugeni. Tidak lama kemudian Agenk berhenti dan digantikan oleh Rizal yang sekarang menemani Wahyu tadarus.
Agenk masuk ke base camp dan menghampiri Haidar, mereka terlihat berbincang sejenak kemudian Haidar langsung menghentikan kegiatan fb-an, dan sekarang sedang menempel kertas-kertas bekas yang tidak terpakai untuk menutup jendela yang masih terbuka karena tidak ada gorden atau penghalangnya.

19.00-19.15
Sholat Isya berjamaah, seperti biasanya di Masjid Ar-Rohmat bersama teman-teman KKN, anak-anak TPA dan warga sekitar.

19.15-20.49
Mengikuti kegiatan tahlilan di rumah orang yang baru saja meninggal hari kamis kemarin. Kami (Agenk, Haidar, Rizal, Wahyu dan Saya) langsung menuju ke rumah duka setelah beres-beres di base camp. Setiba di sana kami langsung menyalami warga dan keluarga, kemudian duduk berdekatan dengan Pak Dukuh.
Dalam acara tersebut, Saya dan Agenk sebenarnya merasakan kantuk yang luar biasa. Kamalami sudah tidak tahan dan ingin segera selesai lalu pulang ke base camp. Setelah acara selesai, tahlilan dan sedikit cemilan kami pun langsung pamit kepada keluarga dan warga yang hadir. Keadaan menjadi berubah ketika sudah berjalan menuju pulang, ternyata rasa kantuk itu hilang dan kami pun menjadi segar kembali. Kami pulang tidak menuju ke base camp tetapi ke rumah Pak Dukuh terlebih dahulu karena Yayan telah menjanjikan akan membelikan kami Terang Bulan. Sesampainya di rumah Pak Dukuh, kami pun berbincang-bincang sambil ada yang makan malam. Kalau saya sendiri tidak makan karena sudah kenyang pada saat di tahlilan dan makan sore. Yayan pun tiba, bukan terang bulan yang dibawa melainkan kue bolu isi mesis dan yang satunya cokelat. Luar biasa malam itu, kami pun makan-makan kue pemberian Yayan.

21.10-21.50
Di tengah-tengah perbincangan, kami sepakat untuk berbicara kepada Pak Dukuh mengenai kepindahan kami yang kemaren-kemaren sempat menuai emosi dan masalah. Kali ini kami sudah bertekad bulat ingin menyelesaikannya tanpa meninggalkan masalah lagi. Pak Dukuh pun hadir di tengah-tengah kami, dan perbincangan pun dimulai. Setelah sekian lama Agenk berbasa-basi di hadapan Pak Dukuh, Agenk langsung mengutarakan maksud kami yang sesungguhnya. Diluar dugaan kami semua, Pak Dukuh akan sangat marah ataupun tidak setuju dengan keinginan kami. Ternyata tanpa ada perdebatan, Pak Dukuh langsung meng-iyakan maksud dan keinginan kami untuk pindah tempat tinggal.
Diskusi tersebut berlangsung agak lama. Banyak kata-kata maaf keluar dari kedua belah pihak, kata-kata pemanis agar kejadian yang dahulu tidak terulang lagi, dan juga demi kebaikan semua pihak agar di masa yang akan datang dapat menjadi lebih baik lagi.

22.00-22.30
Kami pun beres-beres kamar dan memindahkan barang-barang dari rumah Pak Dukuh ke base camp. Waktu malam hari merupakan waktu yang tepat untuk acara semacam ini, pindah tempat dengan barang-barang yang menumpuk ditambah gelap malam yang sepi yang mendukung kepindahan kami semua. Oh, malam hari ini kami benar-benar merasakan keberkahan yang luar biasa. Kami mendapatkan izin dari Pak Dukuh untuk pindah ke base camp, kami dapat bersilaturahmi dengan beliau, memperbaiki hubungan diantara kami, dan kami pun merasa lega karena tidak terjadi konflik seperti kejadian sebelumnya.

22.30-22.57
Setelah kami sampai di base camp, kami beres-beres dan memposisikan tempat tidur masing-masing. Tempat ini membutuhkan penataan yang baik karena maklum saja ruangan yang kami gunakan sebagai base camp adalah tempat pertemuan bagi masyarakat Guntugeni. Akhirnya, kami bisa tidur dengan tenang dan lega. Luar biasa.